Kamis, 03 Desember 2009

Rinduku Berpulang Di "Tiung Kandang"


Aku menyisiri tepian kaki pegunungan
pada suatu pagi saat mentari bersiap pergi
kaki-kaki tak henti tertampar ilalang basah
yang dikhianati embun pagi hari...

Di bawah kaki ufuk timur yang di selimuti kabut
rinduku selalu berpulang di pegunungan...
pada lelah yang tak jua meninggi maupun merendah
melarikan diri dari keterasingan...

Kubawa rinduku pada kekosongan hati
terbungkus ramah senyum penduduk desa
menyuguhkan secangkir hangat pengharapan

Di ujung keterasingan telah kutemukan
berjuta mimpi yang tersembunyi...
tertutupi keangkuhan hati...
sedangkan kaki tak pernah berhenti melangkah
dan hati tak lagi bisa bernyanyi...

Di tepian lembah kurebahkan lelah...
pada batas kejenuhan telah kuceritakan
perputaran waktu selalu menunggu...
menunggu kehadiran laskar-laskar rimba
mengantarkan pengharapan di puncak pegunungan

Namun mampukah kita kalahkan...
keangkuhan hati... seolah bumi hanyalah mimpi?
hiporia yang kian nyata... menundukkan hati
yang kian mengabur terbasuh kabut pagi

Namun cermin-cermin keangkuhan hati itu
kuhempaskan di sini...
ketika rinduku berpulang di "Tiung Kandang"
manghapus dahaga di batas cakrawala
saat kureguk secangkir hangat kerapuhan

author : eco "cadas"

Selasa, 24 November 2009

sebuah renungan malam



Sahabat alam
sahabat semoga kita bisa berbaring bersama sambil menatap langit dan bercerita tentang kabut di kaki gunung...dan malam terbitkan bulan yang tersenyum saat kita bercerita tentang alam ....tawamu akan abadi dalam keluhku di iringi nada-nada dari sang malam ..sahabat lestarilah alam lestarilah jiwa...semoga kisah kita tetap lestari

Hujan....
hujan...berderai di atas tanah...pecahnya membisik kata...di atas air yang tenang ku lihat bayang-bayang yang memudar...seraut wajah yang merapuh di telan waktu... hujan ...terbitkan nirwana yang indah dalam puisi..tapi ku tau tak seindah saat kita bersama...

Keinginan atau harapan
tidurlah dalam senyum , pasti ku rasa dalam mimpi kau hadir dengan senyum ...bangunlah dalam tawa..pasti ku rasa tawamu hangat seperti fajar...menangislah untukku baru ku rasa hujan di hatiku... tapi ku harap tertawalah untukku,biar ku rasa hangatnya di batinku...

Hayalanku....
jika aku tidak buta, mungkin kau seperti mentari... hangat dan bangkitkan aku dari mimpi ...jika aku punya tangan ...munkin kau selembut embun , yang mebelai tubuh lesu...dan jika aku tidak lumpuh ...mungkin aku bisa berlari mengejarmu...lalu melemas di antara mega senja... tapi aku bahagia ...karena semua itu yang memberi ku hayal untukmu....
Bankitkan jiwamu
aku diam, bicara,... aku tertawa, menangis.... tiadalah berarti kalau semua bintang yang bersinar meredupkan cahaya-nya,... karena melihatku pasrah dengan kenyataan yang ada saat ini...maka bangkitlah jiwa-jiwa yang kerdil...

Minggu, 22 November 2009

Cerita Kita


Kita rebahkan penat di atas mimpi pada hamparan ilalang... tak terucap lelah... dan takkan menyerah takkan hinggap jenuh... dan tiada mengeluh masih banyak yang ingin dilihat ...dalam pekatnya malam masih banyak yang ingin dicari ...dalam rimbun belantara Kemudian kita lepaskan asa... mengembara menyapa senyap kala gelap... mengetuk dinding-dinding kesunyian... Kita berbagi cerita... yang tersusun oleh angan dan asa yang terbentang oleh jarak dan waktu Dan kita sepakat... merangkai mimpi di atas bumi... mempertemukan rindu... meski hari tak memberi restu
author : eco "cadas"

Di Ujung Batas Kejenuhan

Kurenungi perjalanan yang kian usang di persimpangan ketika mata terantuk di sudut keterasingan... kusandarkan lelahku pada dinding-dinding yang tak bertepi terbungkus dingin kafan angin pegunungan... Telah lama aku mencari... mencari arti diri hingga jauh ke dalam lipatan hari-hari... namun semua bagitu sama dan tak asing bagiku Perjalananku seperti perputaran jarum-jarum jam yang akan kembali pada tempat yang sama... meski terkadang terhenti sejenak menghempaskan jenuh Di mana lagi kutemukan alur-alur indah selain pegunungan atau heningnya belantara haruskah setinggi itu kucari kedamaian... haruskah sepekat itu kucari ketenangan...? Aku bukan petualang... aku hanya bocah kolong langit sang pencari arti-arti yang masih tersembunyi sang penyanyi lagu-lagu keheningan... Apalagi yang harus kutuang pada lembaran-lembaran usang ini? kata-kata telah terukir berulangkali tak lupa kutaburi tanda baca... namun semua tetap sama... sama seperti hari-hari kemarin Sudahlah... mungkin inilah hidup... bukankah perjalanan masih lagi panjang... bukankah hari-hari akan terus berganti...? Lalu mengapa harus kufitnah bulan telah mencuri gerhana... lalu mengapa harus kuhujat mentari menggantikan purnama... sedangkan hari-hari memang akan terus begini...? dan takkan kutunggu meski terjatuh di ujung batas kejenuhan...
author : eco " cadas "

Kamis, 15 Januari 2009

Arkeologi Jembatan Masa lalu

Arkeologi, Jembatan Masa Lalu
Rabu, 14 Januari 2009 | 23:43 WIB

Oleh
Amir Sodikin

Kasus perusakan situs Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, telah menyayat hati para arkeolog. Dari kasus itu, kita baru tersadar kalau arkeologi sudah dipinggirkan, ditinggalkan generasi muda, dan sistem masyarakat kita sudah abai terhadap masa lalu.

Bagi para arkeolog, artefak atau benda-benda arkeologi peninggalan masa lalu bukanlah seonggok materi yang bisu. Dari artefak, kita bisa ”terhubung” ke masa lalu Nusantara. Karena itu, tak sembarang orang bisa menyentuh, memindahkan, apalagi menggali situs arkeologi.

Lewat keterampilan para arkeolog, identitas atau jati diri kita bisa diungkap. Begitu besar peran arkeolog dalam memastikan ”kita ini sebagai bangsa apa”, tetapi begitu rendah kita memberi penghargaan kepada ilmu mereka.

”Hasil penelitian arkeologi bukan sekadar rekomendasi pariwisata. Arkeologi bisa menentukan identitas kebangsaan kita, bahkan arkeologi bisa mengubah sejarah,” kata arkeolog Bambang Budi Utomo yang ditemui Senin (12/1) di Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Jakarta.

Bambang dikenal sebagai arkeolog yang meneliti berbagai situs di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan juga Semenanjung Tanah Melayu, seperti di Malaysia dan Thailand selatan. Ia menggeluti sejarah Sriwijaya sekaligus menekuni sejarah Hindu-Buddha di Nusantara.

Sejak menggeluti arkeologi tahun 1975, hingga 2007 dia telah meneliti sekurangnya 66 situs peninggalan arkeologi.

Salah satu penelitiannya mengungkap penemuan candi dan permukiman di wilayah Sumsel dan Jambi yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8 sampai ke-12 Masehi. Publikasinya tentang Sriwijaya dan Hindu-Buddha menjadi pengimbang dari wacana yang ”Majapahit centris”.

Jika mau ”membaca” masa lalu, kita akan terkejut karena keperkasaan masa lalu kita bukan hanya di era Majapahit atau Sriwijaya. Artefak yang ditemukan bisa membukakan mata bahwa kita punya pengaruh kuat pada masa lalu, tidak hanya di luasnya jajahan, tetapi juga di bidang seni.

”Hal yang sering dilupakan adalah peran Sailendra pada abad ke-8 dan ke-9. Pengaruhnya besar di pengembangan seni. Pada abad itu, muncul gaya seni Sailendra yang bisa ditemukan mulai dari Jawa, Sumatera, hingga Thailand selatan,” kata Bambang.

Di Jawa, gaya seni Sailendra bisa dilihat pada Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sewu, dan banyak lagi. Bahkan, Angkor Wat di Kamboja mendapat gaya seni Sailendra.

Terkuak pula, inspirasi penyatuan Nusantara tidak cuma datang dari era Majapahit. ”Dari prasasti Camundi di Trowulan, Raja Singhasari, Kertanegara, pernah mendeklarasikan kesatuan Dwipantara untuk menghadapi tentara Mongol, bagi saya deklarasi ini lebih eksplisit,” katanya.

Sering terlupakan

Terkadang karena isinya, temuan prasasti bisa mengubah sejarah. Namun, keberadaannya sering disepelekan. ”Ada satu prasasti yang bisa mengubah sejarah, yaitu prasasti Raja Sankhara, tetapi prasasti itu kini tak tahu di mana,” katanya.

Sejarah yang dimaksud terkait anggapan adanya dua dinasti di Jawa Tengah pada abad ke-8, yaitu Sailendra yang beragama Buddha dan Sanjaya yang beragama Hindu. Prasasti Raja Sankhara yang konon ditemukan di daerah Sragen, dan diperkuat Prasasti Sojomerto yang ditemukan di daerah Pekalongan, merevisi pendapat itu. Di Jateng hanya ada satu dinasti yang berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Sailendra.

Tahun 1980-an prasasti itu ada di Museum Adam Malik di Jalan Diponegoro, Jakarta. Namun, kini, kata Bambang, koleksi itu tak diketahui keberadaannya sejak museum ditutup sekitar tahun 2004.

Peninggalan masa lalu juga bisa mengungkap identitas kita. ”Kita ini sebenarnya bangsa agraris atau bangsa maritim?” tanyanya.

Kita termasuk rumpun Austronesia yang umumnya punya kesamaan: kepandaian menyeberangi lautan, pengetahuan agraris yang memadai, dan juga kemampuan membuat tembikar. ”Kita bangsa maritim yang juga agraris, tetapi maritimnya sering dilupakan,” katanya.

Apalagi saat penjajahan Belanda dengan politik tanam paksa telah memaksa penduduk melupakan laut. Nelayan pun dipaksa bertanam di darat. ”Tujuannya untuk melemahkan kekuatan laut kita,” katanya.

Padahal, dulu Demak punya angkatan laut kuat sampai berani menyerang Portugis di Malaka. ”Di era Orde Baru, kita didorong mengerjakan sawah. Memang berhasil, tetapi akhirnya kita lupa dengan laut,” katanya.

Generasi muda

Apakah pengungkapan identitas bangsa yang setengah-setengah ini akibat karena sedikitnya peninggalan tertulis? ”Prasastinya banyak, tetapi para ahlinya sedikit, regenerasi pembaca prasasti ini tak ada, hanya satu-dua orang yang menguasai,” kata Bambang.

Generasi muda kita sebenarnya tetap bisa didorong agar mencintai arkeologi. Namun, persoalannya biasanya buntu pada pertanyaan: ke mana bekerja setelah lulus? ”Sampai sekarang kami tak bisa menjawab pertanyaan ini, instansi arkeologi kini tak lagi ada penambahan tenaga,” katanya.

Kasus perusakan situs di Trowulan berimplikasi besar pada persepsi generasi muda terhadap peninggalan arkeologi. ”Dampaknya besar karena perusakan diindikasikan dilakukan oleh pemerintah,” katanya.

Untuk menghindari kasus serupa, peneliti sudah tak zamannya lagi bekerja seperti ”kucing berak”. Menggali, kemudian menimbun diam-diam. ”Peneliti harus bicara dengan masyarakat, harus memberi penyadaran masyarakat sekitar tentang nilai penting penelitian kita.”

Diakuinya, komunikasi antara peneliti arkeologi dengan masyarakat dan juga kebijakan pembangunan sering tidak jalan. Misalnya, membangun jalan harusnya ada analisis mengenai dampak lingkungan yang berkaitan dengan arkeologi. ”Namun sering arkeolog tidak diajak,” katanya.

Akibatnya, atas nama pembangunan, kepentingan arkeologi jadi terlupakan. Ketamakan pembangunan dengan sengaja telah meruntuhkan satu-satunya jembatan untuk berkomunikasi dengan masa lalu Indonesia.



Sumber : Kompas Cetak

Minggu, 11 Januari 2009

5 ways to live longer

Setiap orang tentu ingin hidup lama.

Tapi apakah semua sadar bahwa pola hidup kita sendiri yang memperpedek hidup kita ini?

Berikut ini kami paparkan beberapa hal yang dapat memperpanjang dan memperindah hidup anda.

APAKAH SAYA OVERWORK?

Orang yang melakukan aktivitas (bekerja, kuliah, atau apapun aktifitas anda) diatas 50 jam tiap minggunya, akan lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, daripada orang-orang yang tidak beraktifitas selama itu. Lebih banyak beraktifitas, berarti lebih banyak stress, kurang olahraga, makan dan waktu tidur yang cenderung tidak teratur. Padahal hal-hal tersebut yang mampu menjaga tekanan darah anda. Jika anda setidaknya dapat mengurangi sedikit waktu beraktifitas anda, lakukanlah sedikit gerakan anti stress, seperti meregangkan otot, dan bernafas dengan dalam hingga tubuh dan pikiran relax).

APAKAH SAYA MEMAAFKAN DAN MELUPAKANNYA?

Jika ya, mungkin sekarang paru-paru anda masih dalam kondisi prima jika dibandingkan dengan orang yang sering marah. Rasa marah konstan anda rasakan sama seperti pollutan buruk yang masuk ke dalam tubuh anda, memicu pemanasan pada paru-paru, sama halnya seperti yang dilakukan oleh rokok. Kita semua pasti pernah marah, tetapi berlarut-larut dalam emosi negative yang kita ciptakan sangatlah buruk. Jika anda merasa marah, duduklah, tariklah nafas secara perlahan dan tahan hingga beberapa detik, lalu keluarkan lagi secara perlahan, ulangi hingga anda tenang.

APAKAH SAYA TERLALU BANYAK MENONTON TV?

Orang yang per harinya menonton TV kurang dari 2 jam, akan memiliki memory yang lebih kuat dibandingkan dengan orang yang lebih lama menonton. Heavy watchers akan cenderung overweight dan memiliki kadar kalori yang tinggi, karena biasanya orang akan ngemil saat mereka sedang nonton. Hal tersebut dapat menghasilkan penyakit, bahkan dapat menyebabkan Alzheimer. Lain kali jika anda sedang menonton TV dan tidak ada satu pun acara yang bagus, matikan saja TV-nya daripada sibuk menggonta-ganti channel-nya.

APAKAH SAYA DUDUK DENGAN NYAMAN?

Menurut survey yang dilakukan, 32% orang Indonesia duduk 10 jam atau lebih per harinya. Posisi duduk memberikan dua kali lebih banyak tekanan pada tulang belakang kita dibandingkan pada saat posisi berdiri. Tidak hanya pegal dan nyeri punggung yang kita dapat, tapi juga menurunnya pergerakan sistem pencernaan yang dapat menyebabkan pembengkakan organ bagian dalam. Maka dari itu dianjurkan untuk tidak duduk lebih dari 40 menit dengan posisi yang sama, dan harus selalu diselingi dengan stretching.

APAKAH SAYA TIDUR DENGAN CUKUP?

Tidak nyenyak tidur malam akan mengganggu kerja hormon kita, akibatnya kita akan lebih banyak makan, dan pada akhirnya overweight. Penelitian menunjukkan orang yang tidur 4 jam atau kurang dalam seharinya akan mempunyai persentase 73% lebih banyak menderita obesitas daripada yang tidur 7 sampai 9 jam. Untuk tidur yang lebih lelap, hindari makanan yang dapat merangsang kadar tyramine (zat yang dapat ,meningkatkan tekanan darah, dan dapat pula menyebabkan migren) otak, seperti keju, daging olahan, dan kecap asin. Satu hal jitu lain untuk menuju tidur nyenyak adalah menulis semua kekhawatiran anda, sehingga anda akan berhenti memikirkannya ketika ingin tidur ...

Sumber: Nokia the buletin edisi Desember 2007 (Edited)-

http://www.indigoindonesia.com/

Rabu, 07 Januari 2009

menguak potensi yang tersembunyi

Muntilan terletak kurang lebih 80 km dari Semarang, ibukota Jawa Tengah dan 30 km dari Yogyakarta. Jalan utama yang juga merupakan pusat kota adalah penghubung kedua kota itu. Secara umum kota Muntilan merupakan pusat bagi wilayah kecamatan sekitarnya. Banyak pedagang bertransaksi disini.

Warga setempat seringkali merasa kurang percaya diri apabila berhadapan dengan orang-orang dari kedua kota di atas. Hal tersebut karena lingkup pergaulan, informasi, serta pendidikan yang terasa berbeda.

tetapi dengan adanya kemajuan teknologi dan kekayaan adat, budayanya perlahan tapi pasti, masyarakat memulai kehidupan dengan penuh percaya diri, Bravo......

dusun semali pucungrejo muntilan terletak d sebelah barat pasar muntilan.
Apabila menilik suasana kampungnya begitu sangat menyejukkan bagi siapa saja tamu yang berkunjung, meskipun hanya kota kecil kecamatan muntilan termasuk salah satu kec yang paling srategis di banding kec yang lain,yang ada d seluruh kab magelang. dengan berbagai pemandangan hamparan pertanian yang masih cukup luas, juga tak kalah menariknya berbagai macam patung tercipta dari para tangan-tangan yang sangat kreatif di buat oleh orang-orang pribumi asli

bicara soal kota ini seakan tidak akan pernah ada habisnya, gimana g habis, mulai dari wisata alam, kerajinan, kesenian adat dan budaya sampai kuliner semuanya d suguhkan d sini. karena letaknya berada d jalur utama jogja - semarang menjadikan kota ini tempat yang sangat strategis bagi masyarakat sekitar dan juga pengguna jalan untuk beristirahat sejenak untuk melepaskan kepenatan yang ada d kepala.

So, bagi siapa saja yang ingin lebih tau banyak mengenai kota ini mampirlah di warung-warung makan / sanggar kerajinan patung batu yang ada di sepanjang jalan muntilan dengan sangat senang hati kami akan menyambutnya.